Ternyata,
apapun profesi kita, peluang untuk kita bisa kaya dan berkecukupan itu
selalu ada, tinggal kreatifitas kita saja dalam menjemput rezeki Allah
yang melimpah ruah yang telah dihamparkan untuk kita semua, agar kita
mampu menunaikan kewajiban ibadah yang mengharuskan kita mengeluarkan
harta yang tidak sedikit, seperti Haji, Zakat, Sedekah dan Infaq fii sabiilillah dan Qurban.
dan ternyata, ada tukang becak yang bisa naik haji, ada kuli panggul dan
pedagang kaki lima yang mampu bersedekah dalam jumlah yang tidak kecil
sekaligus mampu berangkat ke Tanah suci.
Kisah dibawah ini akan menginspirasi kita, agar tidak mudah mengeluh dengan profesi kita saat ini.
Di sebuah pusat perbelanjaan grosir di Jakarta, ada kebahagiaan di
sebuah toiletnya. Kebahagiaan itu terpancar dari seorang petugas
pembersih toilet. Wajah gadis petugas toilet itu tampak bercahaya.
Tangannya memegang tangkai pel dan di bahunya tersampir sehelai kain
lap.
Setelah pengguna toilet keluar, gadis itu terlebih dulu menahan wanita
yang hendak masuk berikutnya. “Sebentar ya, Bu! Saya bersihkan dulu,
sebentar kok,” ujarnya sambil tersenyum.
Dengan cekatan dia membersihkan toilet yang baru saja digunakan. Dengan
kain lap yang tersampir di pundaknya, dia mengeringkan dudukan toilet
itu. Setelah itu barulah dia mempersilakan si wanita tadi. “Silakan,
Bu!” ucapnya dengan ramah.
Wanita gemuk itu senang melihat toilet di hadapannya telah bersih
mengilap. Toilet yang kotor memang membuat pengguna tidak nyaman, bahkan
tak jarang mengurungkan niatnya menggunakan toilet tersebut.
Setelah beberapa saat, wanita gemuk itu pun keluar dengan wajah penuh
kelegaan. Si gadis petugas toilet pun senang karena si ibu bisa
menggunakan toilet dengan nyaman. Begitu seterusnya, sebelum wanita
berikutnya masuk, dengan cekatan dia melakukan aksi bersih-bersihnya
terlebih dahulu.
Tiba-tiba seorang perempuan berjilbab tampak kebingungan sambil
menggendong seorang anak. Gadis petugas toilet itu pun bergegas
mendekat, “Ada apa, Bu?”
Perempuan berjilbab menjawab, “Anak saya buang hajat di celana nih!”
“Sebentar ya, Bu!” ujarnya ramah. Dengan cepat dilapnya sisa air di
wastafel dan sebuah tong sampah kecil disiapkan. “Popok si kecil bisa
diganti di sini, Bu! Sudah bersih kok!” ucapnya seraya tersenyum.
Itulah keseharian si gadis penjaga toilet, memberikan senyumnya kepada
siapa saja, bersikap ramah tanpa pandang bulu dan melayani dengan
sepenuh hati.
Gadis tersebut bahagia dengan pekerjaannya sebagai pembersih toilet.
Dengan sikapnya itu, beberapa pengguna toilet menyisipkan sedikit lembar
rupiah di sakunya. Rezekinya bertambah karena memancarkan energi
bahagia kepada orang lain.
Hebatnya, dia tetap tersenyum ramah meski lebih banyak orang yang tidak
memberikan tip. Gadis pembersih toilet pun tetap ceria dan memberikan
pelayanan terbaik meski orang yang buang hajat itu bermuka masam atau
mengacuhkannya. Dia ikhlas dan itu mengantarkannya pada kekayaan jiwa,
yakni kebahagiaan.
Kebahagiaan bisa diperoleh dengan mensyukuri apa pun profesi kita.
Kebahagiaan diperoleh dengan mempersembahkan yang terbaik bagi orang lain.
Orang yang bahagia akan mudah menghargai sesama manusia dan alam semesta.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !