![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyZK3Zl_g0h8SUGPnCQ-3sxsq2v-GEMUBnsHCbtJH8il1WV0mKdYxdFw8VuvRfoLILmLEZoDbGXMTFjfjAbvlgZ46qwSjoi54k4-ltMUNdjin7AZT5MFfHZa6lqZNvCmTNj3Bdv5e3f6k/s1600/13464088731303092611.jpg)
Indonesia adalah negeri kepulauan yang tidak bisa terpisahkan oleh gunung berapi. Negeri dengan penduduk 245 juta jiwa ini hidup pada zona ujung barat sabuk api Pasifik yang sangat aktif. Hanya di Indonesia begitu ramai orang yang tinggal begitu dekat dengan begitu banyak gunung berapi aktif. Di Pulau Jawa sendiri, pulau yang memiliki gunung berapi terbanyak di Indonesia, 120 juta jiwa hidup dalam bayangan lebih dari 30 gunung berapi.
Oleh karena begitu banyaknya dan begitu dekatnya, gunung berapi tidak hanya membentuk bentang alam Indonesia tetapi juga setiap sendi kehidupan bangsa ini. Tradisi dan budaya, religi, bekerja dan cara bercocoktanam, dan beribadah tidak terlepas dari pengaruh gunung berapi.
Dibutuhkan kebijakan yang jelas
agar terjadi keseimbangan di antara keberadaan lahan pertanian, kawasan
cagar budaya dan konservasi, serta sumber energi panas bumi di sini.
Sumber energi panas bumi merupakan salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan yang potensinya cukup besar di negeri ini. Di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, energi panas bumi yang dihasilkan telah dimanfaatkan dan dieksplorasi oleh Pertamina sejak tahun 1975. Saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Dieng telah memanfaatkan sekitar 175 km persegi lahan untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini disalurkan ke daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu, tentunya kita juga mengenal Dieng sebagai daerah penghasil kentang.
Pasca letusan hebat pada tahun 2010, Gunung Merapi telah memuntahkan ratusan juta ton material pasir yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Saat ini setiap hari, ratusan hingga ribuan truk hilir mudik mengangkut material tersebut di lokasi-lokasi penggalian yang tersebar di bantaran sungai-sungai di seputar Merapi. Letusannya yang terdahulu telah mengakibatkan ratusan korban jiwa tewas dan saat ini material erupsinya telah menghidupi dan memberikan pekerjaan bagi puluhan ribu jiwa.
Diberkahi tanah yang subur, iklim dan cuaca yang baik, maka pada setiap musim kemarau kita dapat melihat lereng Gunung Sindoro dan Sumbing di Jawa Tengah dipenuhi oleh tanaman tembakau. Sepanjang mata memandang terhampar tanaman tembakau yang menghijau. Dalam hal ini kabupaten Temanggung telah memegang peranan penting menjadi salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Indonesia.
Di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, dengan alamnya yang elok, udara yang bersih, dan suasana yang tenang, telah menjadikannya sebagai daerah destinasi wisata yang selalu dipadati pengunjung pada masa liburan. Selain sebagai tempat tetirah, Tawangmangu yang terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu ini juga menjadi daerah penghasil sayur mayur yang cukup terkenal.
Di Pulau Jawa, setiap perayaan tahun baru 1 Muharram (1 Suro pada penanggalan Jawa), ribuan peziarah mendatangi puncak-puncak gunung yang dianggap keramat. Gunung Lawu, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur, yang memiliki jejak peninggalan masa lalu dari kerajaan Majapahit menjadi gunung yang selalu ramai dikunjungi pada momen-momen semacam ini. Berbagai kalangan, tua muda, lelaki dan perempuan, mendaki ke puncak gunung ini untuk berziarah ke situs-situs keramat peninggalan Raja Brawijaya, raja terakhir pada zaman Majapahit. Relung religius Kawah Condrodimuko, Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng disesaki para peziarah. Mereka berkunjung disertai doa dan sesaji untuk memohon berkah dan keselamatan.
Berbagai kesenian yang digelar, antara lain, soreng, topeng ireng, jatilan, warok bocah, topeng saujana, lengger, kuda kepang papat, wayang orang kontemporer, wayang kertas, teater, musik truntung, gojek bocah, drama tari, tari kukilo, grasak, dan performa, serta orasi budaya. Festival ini melibatkan ribuan anggota komunitas yang tergabung dalam berbagai kelompok kesenian rakyat. Para seniman gunung ini seperti hendak mengabarkan kepada dunia tentang kegembiraan hidup meski mereka terhimpit berbagai persoalan.
Sumber : kompasiana.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !