WAKTU YANG TAKKAN KEMBALI
Sahabat,
berbahagialah kita, jika saat ini kita TIDAK MENUNDA kesempatan BERAMAL
SHOLEH dalam bentuk apapun, ketika kesempatan dan kemampuan kita masih
ada walau itu kecil tak seberapa.
Jatah
hidup yang amat terbatas ini, memang akan membuat kita akan sangat
MENYESAL jika kita MENUNDA melaksanakan sebuah KEBAJIKAN.
Kisah ini terjadi di zaman Rosulullah SAW :
Seperti
biasa ketika hari Jum'at tiba para kaum lelaki berbondong-bondong
menunaikan ibadah Sholat Jum'at ke Masjid, ketika itu ada seorang
Sahabat sedang bergegas menuju ke Masjid di tengah jalan berjumpa dengan
orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak
ada yang menuntunnya, lalu sahabat ini dengan sabar dan penuh kasih
membimbingnya hingga tiba di masjid.
Pada hari yang lain
ketika waktu menjelang Shubuh dengan cuaca yang amat dingin, Sahabat
tersebut hendak menunaikan Jama'ah Sholat Shubuh ke Masjid, tiba-tiba
ditengah jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk
menggigil, hampir mati kedinginan, kebetulan Sahabat tadi membawa dua
buah mantel, maka ia mencopot mantelnya yang lama untuk diberikan kepada
lelaki tua tersebut dan mantelnya yang baru ia pakai
Pernah juga pada suatu
ketika Sahabat tersebut pulang ke rumah dalam keadaan sangat lapar,
kemudian sang istri menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur
dengan daging, namun tiba-tiba ketika hendak memakan roti yang sudah
siap santap untuk dimakan tadi datanglah seorang musafir yang sedang
kelaparan mengetuk pintu meminta makan, akhirnya roti yang hendak beliau
makan tersebut dipotong menjadi dua, yang sepotong diberikan kepada
musafir dan yang sepotong lagi beliau memakannya.
Maka ketika Sahabat
tersebut wafat, Rosulullah Muhammad SAW datang, seperti yang telah biasa
dilakukan beliau ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia
Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat
pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan
keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah
itu.
Kemudian Rosulullah berkata," Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?"
Istrinya menjawab,
saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang
tersengal-sengal menjelang ajal" "Apa yang di katakannya?" "saya tidak
tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum
wafat, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma,
ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang
terpotong-potong."
"Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah.
Istri yang setia itu
menjawab, "suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang
lagi......andaikata yang masih baru...... andaikata semuanya......."
hanya itulah yang
tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan
itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak
selesai?"
Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya.
Jadi begini. pada
suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat
jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan
sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun.
Maka suamimu yang
membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas
penghabisan, ia menyaksikan betapa luar biasanya pahala amal sholehnya
itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksud suamimu,
andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih
besar lagi.
Ucapan lainnya ya Rosulullah?" tanya sang istri mulai tertarik.
Nabi menjawab,"adapun
ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya
yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid
pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat
seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan.
Kebetulan suamimu
membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot
mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya
yang baru lalu dikenakannya.
Menjelang saat-saat
terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia
pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih baru yang kuberikan
kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar
lagi".Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri makin ingin tahu.
Dengan sabar Nabi
menjelaskan,"ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam
keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau
menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun,
tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu
dan meminta makanan.
Suamimu lantas membagi
rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu.
Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa
besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan
berkata ‘ kalau aku tahu begini hasilnya, musyafir itu tidak hanya
kuberi separoh. Sebab ANDAIKATA SEMUANYA KUBERIKAN KEPADANYA, sudah
pasti ganjaranku akan berlipat ganda
Sahabat, coba sejenak renungkan Ayat-Ayat dibawah ini :
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (Qs. Al Mu’minuun : 99-100)
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?“ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Munaafiquun : 10-11)
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?”(Qs. Ibrahim : 44)
“Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: “Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?.“ (Qs. Al A’raaf : 53)
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.“ (Qs. As Sajdah : 12)
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: “Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman“, (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.” (Qs. Al An’aam : 27-28)
“Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: “Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?“ (Qs. Asy Syuura :44)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !